Sabtu, 26 Oktober 2013

If Yours Is Not Yours (Trully) - Cerpen #3

Diposting oleh Ayu Aiueo di Sabtu, Oktober 26, 2013 0 komentar
"AKU... SUKA... KAMU..." itu ucapannya, saat kami sedang dalam acara perpisahan SMP.
Aku terdiam cukup lama sampai nggak terasa lagu yang dibawakan band di atas panggung sudah berakhir.

"Aku... aku..." jawabku tergagap
"Wan, aku..."
"Awan! Afi! Foto-foto sama anak-anak dulu!" teriak Intan dari depan kelas
Kami berpandangan, salting. "Lanjut nanti ya," kata Awan, lalu bergegas menghampiri teman-teman di depan kelas.

Dan setelah itu, cerita penembakan tersebut tidak pernah ada kelanjutannya...



---



"Awan, kita sekelompok yaa," rajuk Nita
"Em... gimana ya?" jawab Awan sambil menggaruk kepala
"Udah masuk aja, ribet banget nih cewek," sergah Hanif
"Asik!" seru Nita lalu sibuk nempel-nempelin Awan.

Jelas, aku yang kelompoknya berjarak satu kelompok dengan Awan langsung membuang muka.

"Si Nita itu ya, pedekatenya kelihatan banget. Kalo aku jadi dia sih, udah pulang sambil tutup muka. Nggak punya malu," cerca Arvita yang satu kelompok denganku.
"Namanya juga usaha..." bela Meg
"Eh, jadi tugas kita gimana nih? Bagi-bagi dong biar gampang," potong Ita, berusaha mengalihkan pembicaraan lagi.
"Itu sih ntar aja, ngomongin si Nita dulu. Seru." jawab Ulka.
Ita memandangku, minta maaf karena usahanya menghentikan obrolan tidak mutu itu gagal. Aku hanya tersenyum pertanda nggak apa-apa.

Hariku selanjutnya bakalan berat nih.




----




Yap, sudah bisa ditebak, hari-hari selanjutnya dipenuhi oleh si-Nita-yang-agresif-pedekate-ke-Awan. Aku jengah sendiri melihat Nita tanpa malu-malu meminta Hanif bertukar bangku dengannya agar dia bisa sebelahan dengan Awan.

"Tuh, pura-pura tangannya keseleo lagi, idih!" ucap Ulka setengah berbisik karena kami duduk tepat di belakang mereka. Nita sedang merajuk, entah tangannya habis kelindas truk atau apa, lebay banget paniknya.
"Udah biarin aja," kataku pelan
"Tapi nih ya, si Awan kayaknya ngasih harapan deh ke Nita. Wong duduk sebangku aja dia nggak protes. Disuruh Nita nganter ke UKS aja mau." kata Ulka lagi, dengan mulut setengah monyong, kebiasaannya kalau lagi menggosipkan orang.

Deg. Iya, ya. Tanpa sadar aku meremas kertas yang ada di meja.
"Eeeh, itu kertas tugasku kenapa di gituin sih aduuh.." omel Ulka
Aku tersadar, "sori-sori,"
"Kamu... eh, ada rasa ya sama dia?" tanyanya, pelan.
"Uh..." aku bingung harus menjawab apa karena tebakan Ulka tepat sasaran
"Cerita aja deh Fi, siapa tau aku bisa bantu," desak Ulka yang kelihatan kepo banget

Akhirnya aku menceritakan semua kejadian saat perpisahan SMP tentu dengan berbisik. Untungnya guru geografi sedang berhalangan hadir sehingga kelas menjadi ramai.
"SERIUS?" seru Ulka, sambil menggebrakan meja. Suasana menjadi sepi karena semua memandang Ulka dengan tanda tanya di kepala.
"Jangan keras-keras bodoh," rutukku
"Eh tapi beneran? Kok kamu nggak cemburu lihat mereka kayak gitu?" 

Nita tiba-tiba menoleh ke belakang disusul Awan, "Afi cemburu kenapa?" tanyanya, oh ternyata dia mendengar omongan Ulka barusan.
"Bukan urusanmu," jawab Ulka dengan nada jutek. Hubungan mereka berdua memang agak nggak baik seiring sifat asli mereka mulai terlihat nggak cocok satu sama lain.
"Jutek amat, aku kan tanya sama Afi." gerutu Nita
Ulka hanya diam. Sedangkan Awan memandangku penuh arti.
"Kamu cemburu sama siapa?" tanya Awan polos. Duerr!!




---




"Iya, habis itu kami naik bianglala lho..." pamer Nita, diiringi seruan takjub dari teman-teman, tapi aku cuma diam di belakang gerombolan itu.
Ita yang baru masuk ke kelas bingung dengan adanya ibu-ibu-arisan di meja Nita.
"Gosipin apa, nih?" tanya Ita nimbrung.
"Eh, anu, si Nita sama Awan kemarin baru ngedate ke Round Park yang baru buka kemaren lusa," jelas Meg
Agak terkejut, Ita lalu menjawab basa-basi, "seru tuh..."
"Emang seru, kami dari pagi sampai sore lho main di sana. Terus nih waktu aku naik wahana..." cerocos Nita dengan mata berbinar-binar.
Nggak tahan dengan obrolan itu, aku beranjak dari tempat duduk dan keluar kelas.
"Fi!!" seru Ita melihatku kabur. Ah masa bodoh!



--


Sudah dipastikan aku menangis. Iyalah, keterlaluan banget si Awan ini. Sudah ngaku-ngaku suka, eh malah jalan sama cewek lain. Nita juga, cowok yang aku taksir malah dideketin. Eh, dia nggak tahu ding aku naksir Awan.

Aku memilih sebuah lapangan kecil di dekat sekolah untuk menetralkan mata dan hidungku yang merah. Jam-jam sekolah begini lapangan pasti sepi makannya aku langsung melarikan diri ke sini. Di bawah sebuah pohon, nggak tahu pohon apa.

"Fi..." tiba-tiba ada yang memanggil dari belakang.
Astaganagabonarjadisepuluh. Awan!

Rabu, 02 Oktober 2013

New Friend, New Rival - Cerpen #2

Diposting oleh Ayu Aiueo di Rabu, Oktober 02, 2013 0 komentar
"Afi!"
Aku menoleh, "ya?"
Ternyata  Awan yang berpakaian seragam putih-biru berlari menghampiriku.
"Sudah siap?" tanyanya.
"Siap dong!" jawabku sambil tersenyum.

Kami berjalan menyusuri trotoar... melewati gedung SMP kami.
Ya, hari ini kami akan menjadi peserta MOS SMA N 1 Batang!



----



Bunyi sirine terdengar nyaring di seluruh sekolah. Tandanya, peserta MOS harus segera berbaris di lapangan basket untuk apel. Baru kali ini aku mengikuti MOS yang sesungguhnya. Di SMPku, MOS hanya berupa games dan materi dari guru pembimbing. Garing? Iya emang.

"Baris yang rapi!" komando seorang cewek yang menjadi panitia MOS.
"Jangan ada yang ketawa! Kalian pikir lucu, hah!" teriak seorang panitia lagi saat beberapa barisan cekikikan gara-gara pemimpin upacara salah bicara.

Wah, teriakan dan teguran bertebaran dimana-mana. Ini ya, yang namanya MOS?


"Sekarang kalian cari daftar kelas yang memuat nama kalian, dek. Cari di sekitar lapangan ini. Tiga menit!" suruh panitia cewek, yang kutahu namanya Kak Evy.

Aku, dan semua peserta MOS langsung berlarian mencari daftar kelas yang memuat nama kami masing-masing. Sudah tujuh kelas yang aku temukan tapi tidak ada satupun yang memuat namaku. Ah! Ada satu daftar yang ditempel di punggung kakak panitia. Aku segera melihatnya. Sepuluh dua.


---



"Huaa, sekelas lagi!" Jerit Arvita begitu melihatku ikut berbaris di barisan kelas sepuluh dua.
Aku memandang satu persatu calon teman sekelasku. Lagi-lagi ada Arvita, Ita, Meg dan Bahrul yang dulu teman sekelasku di SMP. Lalu ada Hanif, yang sudah dari TK sekelas denganku, huh. Dan ada... Awan. Astaga.

Awan tersenyum begitu melihatku. Segera wajahku memerah,
"Ah lagi-lagi ada Hanif." aku mengalihkan perhatian dengan mengeluh agak keras.
"Aku juga bosen lihat kamu terus," balas Hanif sambil meringis.
"Kalian jodoh..." ucap Mega asal, yang segera disambut pandangan sinis dariku dan Hanif

Aku memandang sekilas ke arah Awan. Setelah menyatakan perasaannya, dia tidak memintaku jadi pacarnya atau apa itu yang sejenisnya. Maka dari itu, tidak ada yang tahu kalau aku dan Awan ada 'something' karena aku mau bilang juga kami belum ada kata "jadian".
Aku sendiri bingung untuk apa dia bilang suka tapi tidak menembakku? Jangan-jangan dia memang sekedar bilang suka, tanpa ingin pacaran. Ah, cowok emang susah dimengerti...



---



MOS berakhir.
Kegiatan belajar mengajar sudah mulai berjalan. Ternyata anak sekelasku semuanya asik dan nggak suka nge-geng. Hanya mungkin masih bingung untuk memulai percakapan pada teman baru.

"Eh, cowok di kelas kita lumayan keren-keren deh," kata Septi, saat para cewek sedang kumpul untuk mengganti seragam osis dengan seragam olahraga.
"Bener, tuh contohnya si Dida, yah walaupun tinggian aku sih daripada dia," ucap Ulka
"Fram juga keren kok," sambung Arvita
"Kerenan Awan kali," kata Nita
"Eh bener juga, iya tuh Awan lumayan deh," jawab Herdina

Deg. Baru juga beberapa hari, sepertinya Awan sudah jadi inceran cewek nih.
Ita menatapku sambil meringis. Memang hanya dia yang aku ceritakan perihal pernyataan suka Awan.

"Si Hanif aja, keren kan?" tiba-tiba Ita mengalihkan dari pembicaraan si-Awan-lumayan-deh
"Wah, kalau si Hanif malah imut tau, haha!" sanggah Wulan
"Gimana sih Ta, Hanif itu lucu, bikin gemes, bukan keren," ucap Nita sambil tertawa, disambung ocehan anak-anak lain yang sudah berganti menjadi si-Hanif-yang-imut-lucu-gemesin.
Ah, aku jadi ingin memeluk Ita sekarang juga.




---




"Jadi suka deh, sama Awan." ucap Nita. Beberapa cewek yang nggak sengaja mendengar, termasuk aku. langsung menoleh. Kami sedang melihat para cowok yang asik main futsal.
"Kamu suka Awan? Nggak salah?" tanya Herdina.
"Nggak, lah. Keren lagi..." jawab Nita sambil tersenyum-senyum.
"Ciee, pedekate aja Nit," saran Meg.
Nita menoleh padaku, "menurutmu gimana, Fi?"
"Eh... ya terserah kamu aja Nit," jawabku tergagap

Tiba-tiba Nita berdiri sambil mengepalkan tangan ala semangat orang Jepang
"Oke,  Nita siap beraksi!" serunya membuat yang ada di lapangan futsal jadi terheran-heran. Aku? Aku lagi-lagi saling pandang dengan Ita, yang bertanya-tanya ada apa dengan Nita.
Waduh, gawat nih....

Senin, 12 Agustus 2013

Friend Becomes 'Friend' - Cerpen #1

Diposting oleh Ayu Aiueo di Senin, Agustus 12, 2013 0 komentar
Sudah beberapa bulan berlalu dari cerita 'Cerpen Setengah Galau'. Aku, Afi, sudah melewati tiga hari ujian nasional SMP dan tinggal menjadi panitia perpisahan. Setelah itu? Memastikan aku masuk ke salah satu SMA favorit di Batang. SMA 1.

Sekarang ini aku masih malas mikir cowok lagi. Yaa, dari kejadian itu aku jadi pengen sendiri dulu lah.

"Fi, gabusnya bentukin huruf gih," kata Lina membuyarkan lamunanku.
"Oke," jawabku sambil mengambil satu gabus dan menggambar bentuk huruf F dari kata Farewell.
"Spanduk siap?" tanya Pak Rhu, pembina OSIS. Kebetulan aku dan El yang mengurus masalah spanduk.
"Tinggal cetak, besok diambil Pak," jawab El yang lagi naik-naik ke panggung perpisahan.

Ya, kami, maksudnya panitia, lagi sibuk mempersiapkan perpisahan untuk lusa. Bayangin panitianya cuma 15 anak dengan satu guru pembina dan beberapa tukang yang mengurusi panggung dan sound. Kami, 15 anak tadi, mempersiapkan 8 spanduk, pernak-pernik panggung, dan gladi resik. Belum nanti kalau ada masalah saat perpisahan berlangsung.

Dari kejauhan aku menangkap sosok Awan, sahabat baikku, bersama beberapa teman sekelas.
"Hai semua, dari mana?" tanyaku.
"Latihan band nih," jawab Nana dan Angga.
"Hah, kalian bikin band?" aku kaget.
"Lah di naskah drama perpisahan yang kamu bikin kan kita ngeband, Fi. Gimana sih," omel Wira.
"Oh, iya lupa." aku nyengir.
"Pikun!" ejek Prasetya. Kami tertawa.

"Eh diem aja si Awan, cie." goda Angga.
"Iya nih, ngomong apa kek sama Afi, Wan. Malu-malu," tambah Wira.
"Apaan sih?" tanyaku bingung.

Muka Awan jadi merah, nggak tahu kepanasan atau gimana. Emang hawanya panas sih.
"Ahaha, udah kasihan mukanya merah." kata Nana. Semua, kecuali Awan ngacir.
"Kenapa kamu? Aneh banget tahu wajahmu  itu," aku menggoda.
"Eh, enggak. Eh, aku ke sana dulu ya." jawabnya lalu buru-buru lari.

Apa sih pake malu-malu? Biasanya juga dia malu-maluin doang.


---


Besok perpisahan!
Dan persiapannya sudah 90% tinggal gladi bersih. Sudah sore tapi warga sekolah tinggal untuk latihan di atas panggung. Termasuk kelasku.

Kelasku menampilkan drama yang berbeda dengan lain. Di drama ini pemerannya juga ngedance dan ngeband. Aku melihat Awan dan yang lain sedang latihan di kelas sebelum gladi bersih di panggung.
"Hei, siap kan band sama dance-nya?" sapaku pada yang di kelas setelah tugas panitia agak berkurang.
"Sip pokoknya," jawab Intan yang kebagian ngedance.
Aku mengangguk-angguk. Memperhatikan anak-anak yang lagi ngulang percakapan drama masing-masing. Aku membuat drama ini tidak banyak percakapan, yang penting intinya dapat.

Awan sedang latihan menyanyi, dia yang jadi vokalis bandnya. Deg. Sekilas aku berpikir... keren deh... Duh! Aku apa-apaan sih. Nggak, nggak. Nggak usah mikir cowok dan tetek-bengeknya dulu. Hellooo, lagian dia itu sahabat aku. Buru-buru kubuang pikiran nyeleneh tadi. Huh.

"Fi, ngelamun," sapa Ratna. Aku tersenyum.
"Ngelihatin siapa dari tadi? Awan? Haha," godanya
"Ih nggak," elakku. Padahal sih, iya.
"Udah, kamu sama dia aja, sahabatmu gitu. Udah tau sifat aslinya." cerocos Ratna
Aku garuk-garuk kepala, "apaan sih? Aku nggak mau punya pacar dulu, Na."
"Move on Fi. Masih galau?" tanyanya. Aku hanya menggeleng.
"Yaudah dong, sama Awan aja. Aku malah tenang kalau kamu sama dia"
"Iiiih kayak mamaku aja," aku menggelitik Ratna. Kami tertawa lalu membicarakan hal lain. Yes, dia teralihkan perhatiannya :D



---


"Yak, terima kasih atas penampilan drama dari IX B yang keren. Selanjutnya dipersilakan kelas..." MC mengoceh lagi setelah penampilan drama kelasku rampung dengan sukses.

Awan, setelah beberapa saat istirahat sehabis tampil di kelas ikutan nimbrung di bangku penonton, di depanku.
"Keren, Le. Makasih ya udah bikin naskahku sukses," kataku padanya. Le itu panggilanku untuk dia.
"Yo'i," jawabnya, lalu tersenyum.
Ratna menyenggol pinggangku, "ciee, makasih sama aku juga dong,aku kan ikutan tampil."
"Iye iye, makasih sayang," kataku

Beberapa saat kemudian tidak ada yang memulai percakapan. Sibuk menonton drama dari kelas lain.
"Oke terima kasih kelas VIII B. Belum pada capek kan? Habis ini ada band nih, joget semua ya!" ucap Panji, si MC. Semua penonton mendadak ribut, siap-siap ke depan panggung, mau ikutan joget.
"Eh, Fi, aku ikutan joget ya," pamit Ratna lalu berjalan ke depan panggung. Aku sih, nggak suka ikutan begituan. Nggak 'aku banget'. Jadi deh, aku ditinggal, mati gaya sama Awan.

"Nggak ikutan, Wan?" tanyaku, sambil pindah ke sebelahnya.
"Aku nggak ikut, soalnya kamu juga pasti nggak ikutan yang begituan." jawabnya sambil tertawa.

Band di atas panggung mulai memainkan lagu pertama. Suasana jadi bising, mau ngobrol pun harus teriak-teriak dulu baru kedengeran.
"Hoi, Fi." kata Awan, setengah berteriak.
"Apa?" balasku, agak keras.
"Aku suka kamu!" katanya lagi. Kata Awan... dia suka...APA?
"A...apa?" tanyaku sambil memandangnya, berharap tidak salah dengar.
"AKU... SUKA... KAMU..." ulangnya, pelan-pelan tapi dengan suara keras.
"Uh...."

Penonton masih asyik bergoyang sesuai lagu. Nggak ada yang mendengar ucapan Awan selain aku. Tinggal aku yang bingung sendiri.
Aku jawab apa? APA NIH? APA????

Sabtu, 13 Juli 2013

RIP Kopi Sedu (?)

Diposting oleh Ayu Aiueo di Sabtu, Juli 13, 2013 0 komentar
Turut berduka cita :'(

Ini berita menyedihkan banget loh. Iya, Kopi Sedu udah nggak ada sekarang. Sedih.
Walaupun secara personel udah pada pisah mencar nggak karuan, tapi aku yakin membernya nggak bakal pada lupa sama Kopi Sedu, apalagi group inti (aku, Bella, Wulan, Hida, Hanif, Nisa, Panji, Wahyu, Titis, Ian, Mega, Dwi, Almarhumah.Wisnu wkwk) -maksudnya yang biasa main bareng gitu deh-.

Soalnya kelas ini yang paling sering hangout entah cuma UNO-an di basecamp atau jauh-jauh cari spot bagus buat hunfot tapi akhirnya cuma ke timezone, hiks. Sampe-sampe akhir semester kemarin bingung mau kemana soalnya udah pernah dijajah semua.

Ini kelas, menurut aku pribadi asik banget sampe setahun kerasa sebulan. Benerrr, tiap hari ada aja yang diketawain, yang dibully, yang digodain. Dari galau massalnya group arisan (Bella, Wulan, Titis, Wahyu + Nisa) sampe Mega yang menularkan wabah 'tempel-tempelan kertas' bertuliskan aku-orang-gila atau aku-kebelet-pipis-wc-dimana? ke kelas lain, bahkan kakak kelas, wks.

Bakal kangen banget sangat sekali sama kelas ini. Kelas yang kompak banget sampe-sampe bikin satu misi masuk ke XI Kantin 1 dan XI BK 1. Dan saking kompaknya sampe digosipin guru di kantor wkwk. Bisa nggak sih jadi satu kelas lagi? :(




Saking cintanya aku bikinin video KopiSedu Awards haha. Cuma aku lupa satu kategori:
TERTELAT VERSI KS. THE WINNER, of course, PRAMONO alias Fram! :D



 

Gemini Jurnal's Template by Ipietoon Blogger Template | Gadget Review