"Afi!"
Aku menoleh, "ya?"
Ternyata Awan yang berpakaian seragam putih-biru berlari menghampiriku.
"Sudah siap?" tanyanya.
"Siap dong!" jawabku sambil tersenyum.
Kami berjalan menyusuri trotoar... melewati gedung SMP kami.
Ya, hari ini kami akan menjadi peserta MOS SMA N 1 Batang!
----
Bunyi sirine terdengar nyaring di seluruh sekolah. Tandanya, peserta MOS harus segera berbaris di lapangan basket untuk apel. Baru kali ini aku mengikuti MOS yang sesungguhnya. Di SMPku, MOS hanya berupa games dan materi dari guru pembimbing. Garing? Iya emang.
"Baris yang rapi!" komando seorang cewek yang menjadi panitia MOS.
"Jangan ada yang ketawa! Kalian pikir lucu, hah!" teriak seorang panitia lagi saat beberapa barisan cekikikan gara-gara pemimpin upacara salah bicara.
Wah, teriakan dan teguran bertebaran dimana-mana. Ini ya, yang namanya MOS?
"Sekarang kalian cari daftar kelas yang memuat nama kalian, dek. Cari di sekitar lapangan ini. Tiga menit!" suruh panitia cewek, yang kutahu namanya Kak Evy.
Aku, dan semua peserta MOS langsung berlarian mencari daftar kelas yang memuat nama kami masing-masing. Sudah tujuh kelas yang aku temukan tapi tidak ada satupun yang memuat namaku. Ah! Ada satu daftar yang ditempel di punggung kakak panitia. Aku segera melihatnya. Sepuluh dua.
---
"Huaa, sekelas lagi!" Jerit Arvita begitu melihatku ikut berbaris di barisan kelas sepuluh dua.
Aku memandang satu persatu calon teman sekelasku. Lagi-lagi ada Arvita, Ita, Meg dan Bahrul yang dulu teman sekelasku di SMP. Lalu ada Hanif, yang sudah dari TK sekelas denganku, huh. Dan ada... Awan. Astaga.
Awan tersenyum begitu melihatku. Segera wajahku memerah,
"Ah lagi-lagi ada Hanif." aku mengalihkan perhatian dengan mengeluh agak keras.
"Aku juga bosen lihat kamu terus," balas Hanif sambil meringis.
"Kalian jodoh..." ucap Mega asal, yang segera disambut pandangan sinis dariku dan Hanif
Aku memandang sekilas ke arah Awan. Setelah menyatakan perasaannya, dia tidak memintaku jadi pacarnya atau apa itu yang sejenisnya. Maka dari itu, tidak ada yang tahu kalau aku dan Awan ada 'something' karena aku mau bilang juga kami belum ada kata "jadian".
Aku sendiri bingung untuk apa dia bilang suka tapi tidak menembakku? Jangan-jangan dia memang sekedar bilang suka, tanpa ingin pacaran. Ah, cowok emang susah dimengerti...
---
MOS berakhir.
Kegiatan belajar mengajar sudah mulai berjalan. Ternyata anak sekelasku semuanya asik dan nggak suka nge-geng. Hanya mungkin masih bingung untuk memulai percakapan pada teman baru.
"Eh, cowok di kelas kita lumayan keren-keren deh," kata Septi, saat para cewek sedang kumpul untuk mengganti seragam osis dengan seragam olahraga.
"Bener, tuh contohnya si Dida, yah walaupun tinggian aku sih daripada dia," ucap Ulka
"Fram juga keren kok," sambung Arvita
"Kerenan Awan kali," kata Nita
"Eh bener juga, iya tuh Awan lumayan deh," jawab Herdina
Deg. Baru juga beberapa hari, sepertinya Awan sudah jadi inceran cewek nih.
Ita menatapku sambil meringis. Memang hanya dia yang aku ceritakan perihal pernyataan suka Awan.
"Si Hanif aja, keren kan?" tiba-tiba Ita mengalihkan dari pembicaraan si-Awan-lumayan-deh
"Wah, kalau si Hanif malah imut tau, haha!" sanggah Wulan
"Gimana sih Ta, Hanif itu lucu, bikin gemes, bukan keren," ucap Nita sambil tertawa, disambung ocehan anak-anak lain yang sudah berganti menjadi si-Hanif-yang-imut-lucu-gemesin.
Ah, aku jadi ingin memeluk Ita sekarang juga.
---
"Jadi suka deh, sama Awan." ucap Nita. Beberapa cewek yang nggak sengaja mendengar, termasuk aku. langsung menoleh. Kami sedang melihat para cowok yang asik main futsal.
"Kamu suka Awan? Nggak salah?" tanya Herdina.
"Nggak, lah. Keren lagi..." jawab Nita sambil tersenyum-senyum.
"Ciee, pedekate aja Nit," saran Meg.
Nita menoleh padaku, "menurutmu gimana, Fi?"
"Eh... ya terserah kamu aja Nit," jawabku tergagap
Tiba-tiba Nita berdiri sambil mengepalkan tangan ala semangat orang Jepang
"Oke, Nita siap beraksi!" serunya membuat yang ada di lapangan futsal jadi terheran-heran. Aku? Aku lagi-lagi saling pandang dengan Ita, yang bertanya-tanya ada apa dengan Nita.
Waduh, gawat nih....
Rabu, 02 Oktober 2013
Senin, 12 Agustus 2013
Friend Becomes 'Friend' - Cerpen #1
Sudah beberapa bulan berlalu dari cerita 'Cerpen Setengah Galau'. Aku, Afi, sudah melewati tiga hari ujian nasional SMP dan tinggal menjadi panitia perpisahan. Setelah itu? Memastikan aku masuk ke salah satu SMA favorit di Batang. SMA 1.
Besok perpisahan!
Dan persiapannya sudah 90% tinggal gladi bersih. Sudah sore tapi warga sekolah tinggal untuk latihan di atas panggung. Termasuk kelasku.
Kelasku menampilkan drama yang berbeda dengan lain. Di drama ini pemerannya juga ngedance dan ngeband. Aku melihat Awan dan yang lain sedang latihan di kelas sebelum gladi bersih di panggung.
"Hei, siap kan band sama dance-nya?" sapaku pada yang di kelas setelah tugas panitia agak berkurang.
"Sip pokoknya," jawab Intan yang kebagian ngedance.
Aku mengangguk-angguk. Memperhatikan anak-anak yang lagi ngulang percakapan drama masing-masing. Aku membuat drama ini tidak banyak percakapan, yang penting intinya dapat.
Awan sedang latihan menyanyi, dia yang jadi vokalis bandnya. Deg. Sekilas aku berpikir... keren deh... Duh! Aku apa-apaan sih. Nggak, nggak. Nggak usah mikir cowok dan tetek-bengeknya dulu. Hellooo, lagian dia itu sahabat aku. Buru-buru kubuang pikiran nyeleneh tadi. Huh.
"Fi, ngelamun," sapa Ratna. Aku tersenyum.
"Ngelihatin siapa dari tadi? Awan? Haha," godanya
"Ih nggak," elakku. Padahal sih, iya.
"Udah, kamu sama dia aja, sahabatmu gitu. Udah tau sifat aslinya." cerocos Ratna
Aku garuk-garuk kepala, "apaan sih? Aku nggak mau punya pacar dulu, Na."
"Move on Fi. Masih galau?" tanyanya. Aku hanya menggeleng.
"Yaudah dong, sama Awan aja. Aku malah tenang kalau kamu sama dia"
"Iiiih kayak mamaku aja," aku menggelitik Ratna. Kami tertawa lalu membicarakan hal lain. Yes, dia teralihkan perhatiannya :D
---
"Yak, terima kasih atas penampilan drama dari IX B yang keren. Selanjutnya dipersilakan kelas..." MC mengoceh lagi setelah penampilan drama kelasku rampung dengan sukses.
Awan, setelah beberapa saat istirahat sehabis tampil di kelas ikutan nimbrung di bangku penonton, di depanku.
"Keren, Le. Makasih ya udah bikin naskahku sukses," kataku padanya. Le itu panggilanku untuk dia.
"Yo'i," jawabnya, lalu tersenyum.
Ratna menyenggol pinggangku, "ciee, makasih sama aku juga dong,aku kan ikutan tampil."
"Iye iye, makasih sayang," kataku
Beberapa saat kemudian tidak ada yang memulai percakapan. Sibuk menonton drama dari kelas lain.
"Oke terima kasih kelas VIII B. Belum pada capek kan? Habis ini ada band nih, joget semua ya!" ucap Panji, si MC. Semua penonton mendadak ribut, siap-siap ke depan panggung, mau ikutan joget.
"Eh, Fi, aku ikutan joget ya," pamit Ratna lalu berjalan ke depan panggung. Aku sih, nggak suka ikutan begituan. Nggak 'aku banget'. Jadi deh, aku ditinggal, mati gaya sama Awan.
"Nggak ikutan, Wan?" tanyaku, sambil pindah ke sebelahnya.
"Aku nggak ikut, soalnya kamu juga pasti nggak ikutan yang begituan." jawabnya sambil tertawa.
Band di atas panggung mulai memainkan lagu pertama. Suasana jadi bising, mau ngobrol pun harus teriak-teriak dulu baru kedengeran.
"Hoi, Fi." kata Awan, setengah berteriak.
"Apa?" balasku, agak keras.
"Aku suka kamu!" katanya lagi. Kata Awan... dia suka...APA?
"A...apa?" tanyaku sambil memandangnya, berharap tidak salah dengar.
"AKU... SUKA... KAMU..." ulangnya, pelan-pelan tapi dengan suara keras.
"Uh...."
Penonton masih asyik bergoyang sesuai lagu. Nggak ada yang mendengar ucapan Awan selain aku. Tinggal aku yang bingung sendiri.
Aku jawab apa? APA NIH? APA????
Sekarang ini aku masih malas mikir cowok lagi. Yaa, dari kejadian itu aku jadi pengen sendiri dulu lah.
"Fi, gabusnya bentukin huruf gih," kata Lina membuyarkan lamunanku.
"Oke," jawabku sambil mengambil satu gabus dan menggambar bentuk huruf F dari kata Farewell.
"Spanduk siap?" tanya Pak Rhu, pembina OSIS. Kebetulan aku dan El yang mengurus masalah spanduk.
"Tinggal cetak, besok diambil Pak," jawab El yang lagi naik-naik ke panggung perpisahan.
Ya, kami, maksudnya panitia, lagi sibuk mempersiapkan perpisahan untuk lusa. Bayangin panitianya cuma 15 anak dengan satu guru pembina dan beberapa tukang yang mengurusi panggung dan sound. Kami, 15 anak tadi, mempersiapkan 8 spanduk, pernak-pernik panggung, dan gladi resik. Belum nanti kalau ada masalah saat perpisahan berlangsung.
Dari kejauhan aku menangkap sosok Awan, sahabat baikku, bersama beberapa teman sekelas.
"Hai semua, dari mana?" tanyaku.
"Latihan band nih," jawab Nana dan Angga.
"Hah, kalian bikin band?" aku kaget.
"Lah di naskah drama perpisahan yang kamu bikin kan kita ngeband, Fi. Gimana sih," omel Wira.
"Oh, iya lupa." aku nyengir.
"Pikun!" ejek Prasetya. Kami tertawa.
"Eh diem aja si Awan, cie." goda Angga.
"Iya nih, ngomong apa kek sama Afi, Wan. Malu-malu," tambah Wira.
"Apaan sih?" tanyaku bingung.
Muka Awan jadi merah, nggak tahu kepanasan atau gimana. Emang hawanya panas sih.
"Ahaha, udah kasihan mukanya merah." kata Nana. Semua, kecuali Awan ngacir.
"Kenapa kamu? Aneh banget tahu wajahmu itu," aku menggoda.
"Eh, enggak. Eh, aku ke sana dulu ya." jawabnya lalu buru-buru lari.
Apa sih pake malu-malu? Biasanya juga dia malu-maluin doang.
---
Besok perpisahan!
Dan persiapannya sudah 90% tinggal gladi bersih. Sudah sore tapi warga sekolah tinggal untuk latihan di atas panggung. Termasuk kelasku.
Kelasku menampilkan drama yang berbeda dengan lain. Di drama ini pemerannya juga ngedance dan ngeband. Aku melihat Awan dan yang lain sedang latihan di kelas sebelum gladi bersih di panggung.
"Hei, siap kan band sama dance-nya?" sapaku pada yang di kelas setelah tugas panitia agak berkurang.
"Sip pokoknya," jawab Intan yang kebagian ngedance.
Aku mengangguk-angguk. Memperhatikan anak-anak yang lagi ngulang percakapan drama masing-masing. Aku membuat drama ini tidak banyak percakapan, yang penting intinya dapat.
Awan sedang latihan menyanyi, dia yang jadi vokalis bandnya. Deg. Sekilas aku berpikir... keren deh... Duh! Aku apa-apaan sih. Nggak, nggak. Nggak usah mikir cowok dan tetek-bengeknya dulu. Hellooo, lagian dia itu sahabat aku. Buru-buru kubuang pikiran nyeleneh tadi. Huh.
"Fi, ngelamun," sapa Ratna. Aku tersenyum.
"Ngelihatin siapa dari tadi? Awan? Haha," godanya
"Ih nggak," elakku. Padahal sih, iya.
"Udah, kamu sama dia aja, sahabatmu gitu. Udah tau sifat aslinya." cerocos Ratna
Aku garuk-garuk kepala, "apaan sih? Aku nggak mau punya pacar dulu, Na."
"Move on Fi. Masih galau?" tanyanya. Aku hanya menggeleng.
"Yaudah dong, sama Awan aja. Aku malah tenang kalau kamu sama dia"
"Iiiih kayak mamaku aja," aku menggelitik Ratna. Kami tertawa lalu membicarakan hal lain. Yes, dia teralihkan perhatiannya :D
---
"Yak, terima kasih atas penampilan drama dari IX B yang keren. Selanjutnya dipersilakan kelas..." MC mengoceh lagi setelah penampilan drama kelasku rampung dengan sukses.
Awan, setelah beberapa saat istirahat sehabis tampil di kelas ikutan nimbrung di bangku penonton, di depanku.
"Keren, Le. Makasih ya udah bikin naskahku sukses," kataku padanya. Le itu panggilanku untuk dia.
"Yo'i," jawabnya, lalu tersenyum.
Ratna menyenggol pinggangku, "ciee, makasih sama aku juga dong,aku kan ikutan tampil."
"Iye iye, makasih sayang," kataku
Beberapa saat kemudian tidak ada yang memulai percakapan. Sibuk menonton drama dari kelas lain.
"Oke terima kasih kelas VIII B. Belum pada capek kan? Habis ini ada band nih, joget semua ya!" ucap Panji, si MC. Semua penonton mendadak ribut, siap-siap ke depan panggung, mau ikutan joget.
"Eh, Fi, aku ikutan joget ya," pamit Ratna lalu berjalan ke depan panggung. Aku sih, nggak suka ikutan begituan. Nggak 'aku banget'. Jadi deh, aku ditinggal, mati gaya sama Awan.
"Nggak ikutan, Wan?" tanyaku, sambil pindah ke sebelahnya.
"Aku nggak ikut, soalnya kamu juga pasti nggak ikutan yang begituan." jawabnya sambil tertawa.
Band di atas panggung mulai memainkan lagu pertama. Suasana jadi bising, mau ngobrol pun harus teriak-teriak dulu baru kedengeran.
"Hoi, Fi." kata Awan, setengah berteriak.
"Apa?" balasku, agak keras.
"Aku suka kamu!" katanya lagi. Kata Awan... dia suka...APA?
"A...apa?" tanyaku sambil memandangnya, berharap tidak salah dengar.
"AKU... SUKA... KAMU..." ulangnya, pelan-pelan tapi dengan suara keras.
"Uh...."
Penonton masih asyik bergoyang sesuai lagu. Nggak ada yang mendengar ucapan Awan selain aku. Tinggal aku yang bingung sendiri.
Aku jawab apa? APA NIH? APA????
Sabtu, 13 Juli 2013
RIP Kopi Sedu (?)
Turut berduka cita :'(
Ini berita menyedihkan banget loh. Iya, Kopi Sedu udah nggak ada sekarang. Sedih.
Walaupun secara personel udah pada pisah mencar nggak karuan, tapi aku yakin membernya nggak bakal pada lupa sama Kopi Sedu, apalagi group inti (aku, Bella, Wulan, Hida, Hanif, Nisa, Panji, Wahyu, Titis, Ian, Mega, Dwi, Almarhumah.Wisnu wkwk) -maksudnya yang biasa main bareng gitu deh-.
Soalnya kelas ini yang paling sering hangout entah cuma UNO-an di basecamp atau jauh-jauh cari spot bagus buat hunfot tapi akhirnya cuma ke timezone, hiks. Sampe-sampe akhir semester kemarin bingung mau kemana soalnya udah pernah dijajah semua.
Ini kelas, menurut aku pribadi asik banget sampe setahun kerasa sebulan. Benerrr, tiap hari ada aja yang diketawain, yang dibully, yang digodain. Dari galau massalnya group arisan (Bella, Wulan, Titis, Wahyu + Nisa) sampe Mega yang menularkan wabah 'tempel-tempelan kertas' bertuliskan aku-orang-gila atau aku-kebelet-pipis-wc-dimana? ke kelas lain, bahkan kakak kelas, wks.
Bakal kangen banget sangat sekali sama kelas ini. Kelas yang kompak banget sampe-sampe bikin satu misi masuk ke XI Kantin 1 dan XI BK 1. Dan saking kompaknya sampe digosipin guru di kantor wkwk. Bisa nggak sih jadi satu kelas lagi? :(
Saking cintanya aku bikinin video KopiSedu Awards haha. Cuma aku lupa satu kategori:
TERTELAT VERSI KS. THE WINNER, of course, PRAMONO alias Fram! :D
Kelas Sebelas IPA Satu, Well... Yeah...
Woy. Balik lagi ke blog, yah biasa, kalau ada event atau masalah atau galau aku selalu lari ke blog. Maaf ya blog *elus-elus. Sekarang ada event naek kelas, dan penjurusan.
Well well, waktu nerima rapot kemarin ini yang terjadi,
Mama (duduk di depan Bu Maryani mau ambil rapot): Jadi, Bu, si Ayu masuk jurusan apa?"
Bu Mar: IPA, Bu
Mama: (senyumin atau tepatnya menyeringai ke aku) (aku merinding)
Padahal kalo bisa masuk IPS aja :(
Nih, fisikaku jauh di bawah rata-rata kalo ulangan tapi nilai di rapot 80! Matematika? Alhamdulillah nggak tau kenapa bisa dapet nilai rata-rata dengan ulangan hanya sekali berhasil. Gurunya khilaf massal apa gimana? ._. Kalau Pak Kis (guru fisika) dan Pak Coek ngasih nilai sebenarnya aku nggak akan terdampar kembali ke lautan vektor dan hambatan listrik (eh atau malah aku nggak naik kelas ya dengan nilai asli?)
Yasudahlah, orang tua senang, aku juga senang.
---
Dan tadi waktu pembagian kelas, (jeng jeng jeng) aku sekelas lagi sama Hanif!!! Astaganagabonarjadidua.
Terhitung dari TK sampe SMA ini berarti aku sudah 12 tahun SATU KELAS SAMA HANIF, dan akan menjadi 13 TAHUN di kelas dua belas. Gilak. Nggak bosen-bosen ya. Kenapa nggak sekelas sama Mega dan Hida gitu. :')
Oh, kelas sebelas ini aku sekelas sama Jessika yang dari X2 kayak aku juga, terus ada Elisa, Wilis, Lya, Tanto... terus siapa lagi tadi lupa :D ada kembaranku Ayu Pangesti dari X1 juga. Bakalan ganti nama panggilan salah satu dari kami ._.
---
Yaaa, welcome my new classmates for two years. We'll be new family, so be good-good with me, yeah :3
Langganan:
Postingan (Atom)