Minggu, 24 April 2011

Sahabat

Diposting oleh Ayu Aiueo di Minggu, April 24, 2011 0 komentar
Di saat kau membisu di padang ilalang aku mencoba tuk tertawa.
Tapi kau tetap tak bergeming, terpuruk dalam lamunanmu..

Aku merangkul pundakmu.
Rangkulan persahabatan.
Namun matamu menatap kosong ke arah bunga itu.

aku pun mencoba menatapnya.
Tak kutemukan sesuatu yang menarik.
Sahabat, apa yang kau pikirkan?

Bukankah kita sudah berjanji akan selalu berbagi?
Akan selalu ada saat duka dan duka?

Sekali lagi aku berganti menatap matamu dan bunga itu.
Aku menyadari sesuatu.

Jika kau melihat sekilas bunga itu, kau tak akan tahu.
Tapi, cobalah lihat lebih dekat.

Di antara ilalang-ilalang tinggi
Sekuntum mawar putih tumbuh subur.

Merekah indah..
Seolah tanpa beban..

Tersirat sebuah pertanyaan,
Apakah dia merasa kesepian?

Aku berjalan mendekat untuk memetiknya,
"Jangan!" larangmu.
"Kenapa, sobat? Bukankah dia akan merasa kesepian tanpa mawar lain di sekelilingnya?" Tanyaku tak mengerti.
"Dia tak kesepian. Dia begitu bahagia berada di situ." Jawabmu seraya ikut duduk di dekat bunga.
"Bagaimana dia bahagia jika dia berbeda? Dia lebih indah dibanding ilalang-ilalang," sahutku tak mau kalah.

"Apa arti sahabat? Sahabat tak akan membedakan sahabatnya. Apakah dia lebih cantik, lebih tampan. Pintar, bodoh, kaya, miskin. Tak ada bedanya di mata sahabat. Kau tahu itu, dan kuharap kau dan aku pun seperti itu." Perkataanmu membuatku terdiam.
"Kau benar, sahabat. Kita adalah satu. Tak akan bisa dipisahkan walau bagaimanapun. Mulai sekarang kita harus saling berbagi. Sekalipun kita berada di belahan bumi yang berbeda." janjiku.

Kamipun tertawa. Kami berlari mengejar matahari.
Sejauh apapun itu, akan kami tempuh.
Agar kami selalu bersama sampai kami dipisahkan oleh Yang Maha Kuasa.




-----




Sebenarnya cerita super pendek ini sudah pernah aku post di blog lamaku. Tapi karena menurutku (menurutku lho) cerita ini lumayan bagus, aku post ulang lagi deh.
Oke, last, terima kasih sudah mampir, happy easter!

Sabtu, 09 April 2011

Semua Tentangmu-Satu

Diposting oleh Ayu Aiueo di Sabtu, April 09, 2011 0 komentar

Dengan buru-buru Shilla menalikan tali sepatu kedsnya. Lalu berlari ke halte yang berjarak sekitar 200 meter dari rumahnya. Beruntung sebuah bus sedang berhenti mencari penumpang. Dia langsung naik dan mendapatkan bangku belakang.

Jam tujuh kurang seperempat! Serunya dalam hati. Artinya dia bisa sampai ke sekolah sekitar sepuluh menit lagi, itu pun kalau tidak macet. Setelah menunggu beberapa lama, akhirnya bus sampai di dekat sekolah baru Shilla.

“Kiri, Pak!” Shilla berseru keras. Kenek segera mengetuk-ketuk pintu bus, meminta sopir menghentikan laju bus. Setelah bus berhenti Shilla turun dan berlari ke gedung bertingkat dua itu.

Ini hari pertamanya masuk di SMA Vero, sekolah elit di kotanya yang berhasil menjadi sekolah Shilla atas beasiswa dari prestasinya di bidang seni, yang hari pertamanya gagal total karena wekernya rusak sehingga dia bangun pukul enam lebih.

Gerbang masih terbuka sedikit, tidak ada satpam yang menjaga. Shilla segera melesat dan mencari-cari di mana kelasnya gerangan. Papan berkayu jati di atas sebuah pintu bertuliskan: X-3. Ini dia! Tanpa basa-basi Shilla membuka pintu dan melengang masuk.

Semua yang ada di kelas menoleh kaget, dan memandang Shilla keheranan. Guru yang sedang berdiri di depan kelas menghampiri Shilla.

“Kamu anggota kelas ini?” tanya guru berpakaian serba merah itu.
“Ng, iya Bu.” Jawab Shilla sedikit takut dengan tatapan tajamnya.
Bu Dian, nama guru itu, melirik sekilas jam tangannya, “Sudah terlambat dua puluh menit. Kesiangan?” Shilla mengangguk takut.

Dengan menghela napas, Bu Dian menyuruh Shilla duduk di bangku terakhir yang masih kosong, di sebelah cowok berkacamata dan berambut model harajuku. Wah beruntung! Tapi kelihatannya cowok ini cool. Kalau nggak cool, ya, jaim, tapi lebih terlihat jutek.

Shilla mengulurkan tangannya, “Hei, aku Shilla. Lo?” tanyanya. Cowok harajuku itu cuma menoleh sekilas, “Cakka.” Jawabnya jutek tanpa mengindahkan uluran tangan Shilla. Shilla cemberut, merasa tidak dihargai. Lalu tersadar, sepertinya pernah bertemu Cakka. Entah kapan dan dimana. Tapi sesaat kemudian dia kembali mendengarkan penjelasan fisika dari Bu Dian...


***


Cewek berambut sepunggung itu berjalan tenang menuju perpustakaan sekolah. Tiba-tiba sebuah tepukan pelan mendarat di bahunya. Seorang cewek jangkung ternyata, yang kalau tidak salah teman sekelasnya yang tadi pagi datang terlambat.

“Hai, lo sekelas sama gue, kan?” tanya cewek itu dengan senyum ramah.
Ify, namanya, mengangguk kecil, berjalan lagi ke arah perpustakaan. Cewek jangkung itu menjejeri langkahnya dengan terburu-buru, “Boleh kenal?” tanya dia.
Ify tidak menjawab, karena sudah sampai di pintu perpus. Segera dia menuju rak buku sastra, mencari-cari sebuah referensi ilmu berbentuk kumpulan kertas di sana.
“Hoi, nggak budek, kan?” tanya cewek jangkung yang ternyata masih mengikutinya.
“Gue Ify.” Jawab Ify singkat dan pelan.
“Oke, gue Shilla. Lo baca buku kayak gini?” tanya Shilla, memandang buku tebal karya Chairil Anwar.
Ify menoleh, “Kenapa?”
Shilla hanya mengedikkan bahu, “Tau’ deh, gue nggak begitu suka soalnya.”
Ify tersenyum kecil, ‘Udah gue tebak, cewek kayak lo nggak suka buku kayak ginian.’ Pikirnya.
“Gue lebih suka novel remaja, atau komik gitu.” Shilla berceloteh sendiri, tak menyadari kalau Ify sudah berjalan keluar perpus...

Sampai di kelas.
Shilla masih penasaran dengan Ify, bukan karena apa-apa. Tapi lebih karena hampir seluruh murid di situ kaya sehingga terlalu angkuh untuk berkenalan, apalagi dengan orang biasa seperti dia. Dan dia melihat sosok Ify yang berbeda, dingin namun menyimpan kehangatan dan keramahan.

Namun dia harus segera duduk lagi di bangkunya, karena bel masuk sudah berbunyi. Bersebelahan dengan cowok keren dan cakep kayak Cakka memang asik, tapi kalau jutek kayak gini, berasa sendirian. Shilla pun nggak berminat mengajak Cakka mengobrol, jadi dia celingukan sementara guru yang akan mengajar belum masuk.

Tak berapa lama, seorang guru piket mengumumkan kalau guru yang bersangkutan sedang ada urusan penting, dan tidak ada tugas yang diberikan. Semua murid tersenyum-senyum senang. Baru beberapa menit setelah itu kelas menjadi ramai.

Ify yang duduk di depan Shilla segera melanjutkan buku yang baru dipinjamnya tadi. Karena tidak ada pilihan lain Shilla mengajak Cakka mengobrol.
“Cakka, lo kok jutek banget, sih?” tanpa sadar Shilla melontarkan pertanyaan tidak berguna.
Cakka menaikkan kedua alisnya, “Menurut lo?”
“Yah, seenggaknya ngobrol kek dikit. Jutek banget.”
“Oh, jadi harusnya gue bawel kayak lo, gitu?”
Shilla tersentak, “Enak aja!”
“Menurut gue kayak gitu. Salah?”
“Nggak sih. Terserah lo aja. Eh, di sini ada ekstra lukis, nggak?” tanya Shilla.
Cakka membetulkan kacamatanya, “kayaknya ada.”
“Oh.” Shilla mengangguk-angguk senang.
“Lo suka lukis?”
“Ya begitulah, gue masuk ke SMA ini juga karena lukis dan musik, kok.”
“Oh gitu.”
“Iya, kalau nggak gitu, gue nggak bakal bisa masuk sini. Mahal soalnya.”
Cakka hanya diam. Shilla mendengus kesal, tapi tidak berkata apa-apa lagi.


***


Sampai di rumah, Shilla langsung disambut Rio, kakak satu-satunya yang raut mukanya sangat menunjukkan kalau dia sedang marah. Shilla tahu betul kenapa.

Tadi pagi ia menyembunyikan HP keramat kakaknya -yang sudah bertahun-tahun masih awet- di kolong kasur Rio, sehingga Rio terlambat masuk ke sekolah karena jika tidak membawa HP itu Rio merasa jiwanya terbang separuh.

“Lo itu ya, udah tau HP itu hidup dan mati gue, masih aja lo umpetin. Liat,nih!” omel Rio, lalu menunjuk kupingnya yang agak merah, “gue kena semprot plus jeweran Bu Rina, buduk!” Rio berkacak pinggang. Shilla cuma tertawa geli. Ya ampun, sebegitu pentingnya HP keramat Rio?

Dengan acuh Shilla melepas sepatu dan kaus kakinya lalu melengang masuk.
“Eh, mau ke mana lo?” seru Rio geram.
“Mau bobo’ siang, Kak Rio yang cakep. Mau ikut?” Shilla balas berseru jahil, lalu melompat masuk ke dalam kamar bernuansa pinknya. Tadi dia sudah makan siang di kantin sekolah.

Sejenak dia merenung. Kenangan itu lagi. Sebuah masa indah yang berakhir tragis. Sahabat baiknya dari bayi sampai SMP yang empat bulan lalu meninggal karena kecelakaan karena ulah mereka berdua sendiri. Shilla tercengang. Ya, pantas saja dia merasa pernah melihat Cakka. Cowok jutek itu mirip sekali dengan Iel, nama sahabatnya itu Hanya saja Cakka jutek sedang Iel sangat cerewet.

Kembali Shilla menerawang kejadian yang menjadi kenangan terakhirnya dengan dia. Tepatnya saat awal tahun di kelas 9 SMP. Iel mengutarakan perasaan suka terhadap Shilla, yang sudah disimpannya begitu lama. Shilla hanya menjawab, “Gue nggak mau pacaran dulu. Tunggu aja gue di SMA.” Dan Iel hanya tersenyum, berjanji akan menunggunya.

Namun... Tiga bulan sebelum masa kelulusan, Iel harus pergi selama-lamanya. Shilla dan dia mengganggu seorang pedagang balon, dan membuat sebuah balonnya lepas, terbang ke arah jalan raya yang ramai. Iel, yang nekat mengejar balon terbang itu akhirnya tertabrak mobil sedan yang sedang melaju di tengan jalan.

Itu pemakaman kedua yang dihadiri Shilla, selain pemakaman Neneknya. Shilla menangis dan terus menangis sampai air matanya kering dan matanya membengkak. Mama dan Papa juga Kak Rio terus mendukung Shilla sampai akhirnya Shilla kembali tersenyum.

Sekarang hanya ada satu foto Iel yang terpajang di kamarnya –dulu dia memajang banyak foto Iel dan dirinya di kamar yang lalu disimpannya rapat-rapat di lemari. Dengan ukuran 15x10, foto Iel yang sedang tersenyum lebar merangkul Shilla terpampang jelas di atas meja kecilnya, bersisian dengan foto keluarga dan foto dirinya sendiri.

Lagi-lagi, Shilla menangis. Hanya saja tidak bersuara.
“Iel, gue kangen banget sama lo. Kapan lo pulang, Yel? Lo belum penuhi janji lo untuk jadi pacar gue. Gue kesepian, tau. Gue nggak punya temen lagi." Ucapnya lirih sekali, sambil menatap nanar foto Iel.
“Shil, Iel udah bahagia di sana.” Sebuah suara tiba-tiba menyahut. Kak Rio!
Shilla langsung menghapus air matanya, “dateng nggak salam dulu!” omelnya.
Rio tersenyum lembut, “Yuk, temenin gue nonton.” Dan Shilla bergegas mengusir Rio keluar, agar ia dapat berganti baju. Kakaknya ini memang sangat pengertian padanya...





***




Mau tahu kelanjutannya? Ikuti terus ya cerbungku ini di facebook. Karena hanya bagian satu yang aku post di blog, untuk promosi :D

Senin, 21 Maret 2011

Golden Bird-dan Perjuangan Perburuannya

Diposting oleh Ayu Aiueo di Senin, Maret 21, 2011 2 komentar
Golden Bird


Muri bersekolah di SMA Veritas, salah satu sekolah swasta favorit di Jakarta, dimana banyak anak-anak pejabat dan pengusaha besar sekolah disitu. Di sekolah barunya sekarang dia lebih pasif, lebih mementingkan pelajaran daripada kegiatan ekstra kurikuler. Walau begitu Muri tetap aja jadi populer. Dia langsung masuk ke dalam daftar “Most Favourite Girl” di SMA Veritas.

Nggak cuman itu. Predikat mantan kapten chers yang pernah membawa tim-nya juara membuat Muri didekati oleh Rahma, kapten chers SMA Veritas yang lebih dikenal dengan nama D’Vice. Rahma berharap Muri bisa masuk sebagai anggota D’Vice dan membantu tim chers itu mempertahankan gelar juara Cheerleaders se-Jakarta. Padahal Muri kan udah kelas 3 dan sebentar lagi mo ujian. Muri sebetulnya pengin membantu tim chers sekolahnya, tapi bukan dengan cara dia masuk tim atau terlibat di dalamnya...

Disisi lain, identitas Muri sebagai hacker rupanya mulai terendus pihak berwajib di Indonesia. Dengan mengantungi identitas Muri, Indra yang merupakan salah seorang agen intelejen memaksa Muri untuk menerobos sistem komputer sebuah bank Rusia yang keamanannya hampir mustahil untuk ditembus. Tujuannya untuk mendapatkan kembali rahasia negara yang telah tersimpan selama lebih dari 40 tahun bank tersebut! Muri harus melakukannya dibawah resiko penangkapan polisi yang udah mengetahui identitasnya sebagai hacker.

Semua itu membuat Muri serba sibuk. Belum lagi, sebagai seorang gadis remaja, Muri mencoba memenangkan hatinya untuk cowok yang benar-benar dicintainya...



....




Buku tetralogi lanjutan dari novel "Beauty and the Best" dan "Best of the Best" ini keren banget! Bagi yang suka teenlit, wajib baca dan punya buku ini.

Pengalamanku waktu berburu buku ini lumayan berkesan. First, aku harus menahan rasa penasaranku yang membludak gara-gara info releasenya novel ini. Kabarnya sih, novel Luna Torashyngu ini seru dan bikin ketagihan #apasih.

Lalu akhirnya kesempatan datang. Satnite bareng sama family kemarin jadi acara berburu novel. Karena uang sisa study tour kemarin masih ada ya udah aku pake buat beli novel aja.

Nah, aku dapet Golden Bird ini di Salemba. Sekalian si adik munyuk minta traktir novel. Judulnya "Skenario Dunia Hijau" oleh Sitta Karina. Yaudah deh aku setuju.

Then, pas di bagian majalah en komik si munyuk lihat komik Gober. Ngerengek deh tu anak. Hahaha. Tapi aku juga pengen beli majalah. Kami itung-itungan dulu tuh, berapa total semua bukunya. #sumpahmalumaluin.

Ternyata kalau Golden Bird (diskon 20% boow) ditambah Skenario Dunia Hijau ditambah Gober ditambah majalah jadinya 91rb. Oke deh, aku borong semuanya, daripada mubadzir #kebanyakanduit.

Terus kan aku dan family belanja dulu di supermarket. Kebetulan di situ ada book store kecil. Aku lihat-lihat lagi deh. Eh, nggak tahunya nemu novel 5 cm - Donny Dhirgantoro.
Gya! Aku histeris banget #lagilagibikinmalu. Mana uangku tinggal dikit. Sedang harga bukunya 60rb. Udah minta diskon 50% ke mas-masnya nggak boleh (beneran, aku ngemis diskon ke mas yang jaga).

Ya udah, ditalangin mamaku dulu separo harga bukunya. Asik! Last, aku habisin -+ 150rb buat beli buku hanya dalam waktu semalam! Hahaha. Tapi seneng banget euy. ^^

Senin, 14 Maret 2011

Study Tour 2011

Diposting oleh Ayu Aiueo di Senin, Maret 14, 2011 0 komentar
Hai hai. Mau bahas tentang study tour kemarin nih. Seru abis dah pokoknya. :)
First, kita kumpul di sekolah pukul 12an. Setelah nunggu 45menit, bus satu persatu datang. Wah, udah lama juga aku nggak naik bus. Huehehe.

Ternyata posisi dudukku dan Tiara -teman sebangku di bus- itu di belakangnya Arvi en Lasita. Dan sebelahnya Evi en Sinda. Sebenernya belum strategis sih, tapi nggak apa-apalah. Have fun pokoknya!

Lalu bus berangkat jam 13.15 dengan breafing dari pemandu wisata. Namanya Mas Winarso a.k.a Sus Wiwin. Hahahags. Orangnya asik, tapi gara-gara suatu kejadian aku jadi bete berat sama cowok yang satu ini. Huehehe.

Kami sempat terjebak macet di... di mana ya? Lupa. Yang pasti macetnya lama banget, sampe-sampe makan malamku udah telat. Biasanya jam 6 harus udah makan, ini mah, beberapa jam setelahnya baru sempat makan. Gastritisku je, kumat lagi...

Terus kami melanjutkan perjalanan lagi. Sampai di penginapan di TMII -aku nggak mau menyebutnya hotel lagi!- pukul 2 pagi. Dapet kamar nomor 311 di lantai 3. Huah, capek banget.

Aku kira penginapan ini tuh kasurnya... yah... spring bed gitu lah #ngarep. Ternyata kasur tingkat gitu! Mana kamarku dan kawan-kawan (Cita, Mira, Nadiyah, Tiara, Maura) itu di pojok, lampunya remang-remang. Medheni lah. Pada ngacir dah itu penghuni ke kamar lain. Alhasil kagak tidur tuh.

Jam 4an aku en Nadiyah jalan ke kamar mandi. Habisnya, masa kamar mandi cuman ada empat atau lima buat puluhan cewek? Setelah ngantri dan ramah tamah sama anak lain, aku dan Nadiyah selesai mandi. Well, perutku kumat lagi itu penyakitnya. Udah biasa sih, tapi asli kalau lagi kumpul sama temen gini jadi ngganggu banget. Mana sarapan masih jam 6 lagi.

Ya udah deh, aku dan anak Corbee cewek lain jalan-jalan ke sekitar penginapan. Trus foto-foto di pagi buta. Cahayanya jelek banget, nggak jelas itu fotonya. Gapapa deh. Hehehe. Ada acara si Elisa jatoh posisi berdoa gitu. Hahaha. Lucu posisi jatohnya. Tapi kasian juga sih.

Jam 7 kita baru dapet sarapan -keasikan foto jadi lupa waktu- dengan gastritis yang nggak kunjung sembuh. Untung bawa obatnya.
Then, setelah merapikan barang bawaan dan digotong semuanya ke bus, kami siap-siap berangkat ke PUSPA IPTEK. Kebetulan kami datengnya kepagian jadi nunggu buka dulu, pastinya dengan narsis di depan kamera.

Jam sepuluh, PUSPA IPTEK dibuka. Kami ngacir ke dalam, dan dengan dodolnya aku cuma bawa kamera dan bolpoin doang *entah apa fungsi bolpoin di situ*. Di sana aku nyoba berbagai pengetahuan yang bisa dipraktekan langsung. Sebenernya udah pernah sih, ke situ sama family, tapi beneran, suasananya beda kalau kamu perginya sama temen-temen.


>>>



Setelah itu kami kumpul lagi, *nyesel nggak beli jam tangan. murah banget je!* dilanjutkan perjalanan ke Taman Safari. Wah, asik asik, ketemu banyak sodara di sana :D. Di perjalanan, aku bobo mulu. Capek mungkin #iyalah. Bangun-bangun aku lihat gerbang Safari Garden. Tapi... Loh loh, kok masih lurus jalannya? Oh, makan siang dulu kali.

Dan benar saja, kami berhenti di sebuah rumah makan. Suasananya asik, masih hijau. Satu yang mengganjal di hati kami adalah; KENAPA LAUKNYA AYAM MULU?! Hahaha. Beneran deh, mau makan di mana aja, lauknya ayam doang. Nggak kreatip gitu loh.

Baru sehabis makan kami naik ke Safari Garden alias Taman Safari itu. Sebelumnya kami sholat dzuhur dan ashar yang dijamak dulu. Kami mengikuti tour apa gitu namanya. Pokoknya bisa lihat binatang di alam bebas di dalam kendaraan. Wah asik banget deh! Terus kami nonton Safari Theatre, lalu Panggung Terbuka Safari -salah apa bener ini?- lalu jalan-jalan melihat satwa lebih dekat.

Dan yang mengganggu pikiranku, kok temen-temen pada ngomongin seorang pengunjung yang konon mirip Sivia. Wah, heboh lah saia. Secara Siviaholic gitu. Tapi kok ragu ya, bukannya Sivia baru keluar dari rumah sakit? Lah, itu siapa? Kok miriiip banget sama Sivia? Coba manggil-manggil -suara saia sudah habis masa berlakunya, serak parah- eh, nggak denger. Udah jauh soalnya. Ya udah deh, kapan-kapan lagi aja #kecewa.

Di sana sempat ngelihat syuting acara apa gitu di stasiun trans tv. Pokoknya ada Amel Karlanya. Sebenernya pengen minta foto, tapi masih syuting. Hahaha. Terima nasibmu, nak.. But it's ok. Lagian udah capek banget. Masa nih, disuruh jalan jauuuuhh buat sampe ke parkiran bus? Satu kilometer ada kali ya. Mana belon mandi gitu, hahaha.


>>>



Kami ngelanjutin perjalanan ke Cibaduyut. Nah, beli oleh-oleh deh akhirnya. Ada insiden Tiara sakit gitu. Kasiaann :( Sampai di Cibaduyut jam setengah sembilan malam.

Satu insiden yag bikin aku bete sama Sus Wiwin yaitu, pas pada molor, tiba-tiba Tiara muntah gitu, nah, aku coba urut leher belakangnya. Rada mendingan habis itu. Aku bilang ke Bu Retno, kalau Tiara sakit. Wah, jadi repot itu guru. Kasih cemilan roti dan salonplas. Tiara makan sedikit rotinya terus tidur lagi. Aku juga gitu, ngelanjutin tidur yang tertunda.

Nah, pas lagi nyenyak-nyenyaknya, Sus Wiwin njawil aku. Jelas aku kaget. dengan seenak jenong dia bilang, "Dek, kamu pindah dulu gih ke depan sono, sebelah Bu Ning. Saya mau ngurusin Tiara." Hah? Enak aja! Tapi entah kenapa, aku kok mau aja pindah ke depan.

Tapi setengah jam kemudian, dengan tidak berperasaannya, Sus Wiwin langsung ngejogrok ke bangkunya sendiri. Jelas bangkunya menghalangi langkah saia untuk kembali ke bangku semula. Dengan cengok aku bilang, "Mas, tolong bangkunya majuin dikit, saia mau pindah lagi." Dengan cengok juga, Sus Wiwin berdiri biar aku bisa lewat. Beuh, jadi nggak bisa tidur!

Udah pada capek, mabuk dan sebagainya sebenernya, tapi begitu sampe di Cibaduyut, jadi pada sehat-sehat aja. Hah, aneh.

Aku berhasil dapet jaket warna hitam kuning dan dua kaos buat adik-adik munyukku di rumah setelah perjuangan berat melawan rasa kantuk yang amat sangat menyiksa. Huahaha. Nggak tertarik beli peyem ah. Satu keluarga nggak ada yang suka. Mubadzir. Terus aku nemenin Lasita lihat-lihat barang dulu. Terus... eh, ada bantal betuk kepala sapi. Lucu banget. Secara aku suka dipanggil Sapi(i) kalau di sekolah mau pun di rumah. Akhirnya aku beli itu bantal. :D


>>>



Setelah pukul 10, kami naik ke bus lagi. Jeng jeng, kejutan dari... ehm, someone yang ngasih sweater. Sebenernya nggak enak sih, dikasih-kasih gitu. Tapi nggak papa deh, mumpung yang ngasih ikhlas. Hahaha #laughdevil. Lalu kami satu persatu molor. Zzz...

Entah jam berapa, yang pasti kami mampir dulu di rumah makan di sumedang -kalau nggak salah- dan kali ini lauknya BUKAN AYAM!! Hahaha. Seneng banget deh aku. Kami makan dengan ogah-ogahan. Wong udah malam banget gitu, lapernya udah hilang semua. Eh, si Tiara kayaknya maagnya sakit rada parah gitu. Kasian. Aku yang udah bertahun-tahun aja cuman cengengesan kalau lagi kambuh.

Lalu perjalanan dilanjutkan. Kali ini aku mual banget. Pasalnya tikungan jalannya nggak kira-kira. Belak-belok mulu. Mumet je! Tapi setelah pulas tidurnya, ternyata lupa sama rasa mual. Nah, ada kejadian nih. Pas itu beberapa anak Corbee di tengah udah pada bangun. Nah, si Raymond a.k.a dek Ray tiba-tiba teriak, "Pak, bagasinya kebuka!"
Alhasil pada ribut semua tuh. Yang nyimpen tas di bagasi buru-buru ngecek. Ada satu tas yang hilang. Punya Sinta 8c kalau nggak salah. Yah, busku kan campuran 8b dan 8c. Dan ternyata jatuh di rumah makan tadi itu. Walah walah...


Kami sampai di Batang kira-kira pukul setengah tujuh pagi. Dan my daddy udah nungguin di atas motor. Muah muah. Kangen banget aku sama Mama Papa, dua munyuk dan Mbak Rin yang sudah bantu berberes rumahku, masakin dan nyuciin baju orang serumah juga. Miss u all...







....







Cukup. Itu aja yang bisa aku ceritakan. Maaf kalau ada kata-kata yang salah. Jangan lupa berdoa sebelum tidur #maksud lo?. kalau mau lihat-lihat foto, kalian bisa minta langsung ke anak kelas delapan yang ikut study tour. Males aku nge-upload lagi ke sini. Hehehe.

See ya!

NB : sweaternya pas kok ^^ thanks
 

Gemini Jurnal's Template by Ipietoon Blogger Template | Gadget Review